Jakarta, Kulminasi.Com – Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (22/2/2024) waktu setempat melaporkan kerugian tahunan pertamanya sejak tahun 2004.
ECB melaporkan kerugian sebesar 1,3 miliar euro atau setara Rp21,9 triliun. Ini akan menjadi lebih besar jika bank tersebut tidak mengeluarkan 6,6 miliar euro (Rp111,2 triliun), disisihkan semua untuk risiko keuangan.
ECB pun memperkirakan kerugian bakal terjadi lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan. Meski begitu ECB yakin ini tidak akan berdampak pada “kemampuannya untuk melakukan kebijakan moneter yang efektif,” sebelum kembali memperoleh keuntungan.
Diketahui, bank sentral menaikkan suku bunga dari negatif ke rekor 4% antara Juli 2022 dan September 2023. Ini dilakukan sebagai respons terhadap kenaikan inflasi akibat pandemi Covid-19 dan disetopnya minyak-gas Rusia akibat perang Moskow dan Ukraina.
ECB sebenarnya juga mengalami peningkatan beban bunga atas kewajiban-kewajiban utama. Padahal di sisi lain pendapatan bunga atas aset-aset tidak dapat mengimbanginya, karena banyak di antaranya yang memiliki suku bunga tetap atau memiliki jatuh tempo yang panjang.
Kerugian bunga bersih tercatat sebesar 7,19 miliar euro (Rp121,2 triliun) pada tahun 2023. Padahal pendapatan sebesar 900 juta euro (Rp15,1 triliun) pada tahun 2022.
“Kekuatan finansial ECB semakin ditonjolkan oleh permodalan dan rekening revaluasinya yang substansial, yang berjumlah 46 miliar euro (Rp775 triliun) pada akhir tahun 2023,” kata bank sentral dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNBC International pada Jumat (23/2/2024).
Bank sentral mengatakan pihaknya akan “meneruskan kerugian” pada neracanya untuk mengimbangi keuntungan di masa depan. Dikatakan tidak ada keuntungan yang didapat bank sentral nasional zona euro pada tahun 2023.
Sebelumnya suku bunga yang lebih tinggi juga telah menyebabkan beberapa bank sentral nasional di negara Eropa mengalami kerugian. Termasuk Bundesbank Jerman dan Bank Nasional Swiss.
Meskipun kerugian tidak berdampak pada kemampuan bank sentral dalam melaksanakan mandat menjaga stabilitas harga, angka tahunan dipandang sebagai ukuran kredibilitas. Ini dapat berdampak pada tindakan yang lebih luas.